ketika anak panah terlanjur terlepas, kita sesali dan salahkan si busur atau kita cepat lihat luka yang ditimbulkan anak panah itu dan bersegera mengobatinya......
biarlah anak panah itu ada yang mencabutnya
dan biarkan luka itu sembuh dg sendirinya...
tapi ngilu dan perih luka yang ditimbulkannya tak mudah pulih.... seperti derit mata kapak terseret merobek lantai kapal.... bagaimana sanggup menunggunya sembuh dengan sendirinya?
sebagaimana hidup di negeri ini, luka itu akan disembuhkan luka luka yg baru...
dan hidup di negeri luka itu... bertahan, nyeri dan geraham dikatupkan; menanti belatung2 itu datang, menghisap setiap perih yang tersisa dalam koreng jiwa...
Hanya sepotong bunga api yg mungkin saja bisa mengeringkan luka itu
dan bunga api bernama revolusi itu menyelimuti luka suka dan luka duka kita
ahoi...hari ini masih banyak yg mati
[ini adalah sajak yang lahir di facebook; percakapan antara aku dan bung Edhi Prayitno Ige]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar